Twitter Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon

Trik Berkomunikasi dengan Anak yang Beranjak Remaja

Unknown | 14.54 |

Memiliki anak yang mulai beranjak dewasa bukan berarti tanggung jawab orang tua makin ringan. Begitu anak baligh dan memiliki konsekuensi pahala dan dosa, orang tua tak boleh berlepas tangan dari segala sepakterjang anak.
Terlebih saat ini, tantangan yang dihadapi anak dalam masa tumbuh kembangnya luar biasa berat. Tak hanya dari lingkungan pergaulan, juga pengaruh media masa dan teknologi informasi global. Jelas, butuh perhatian ekstra bagi orang tua dalam membimbing dan mengawasi putra - putrinya.
Memang, saat anak beranjak remaja, orang tua cenderung dicuekin anak. Ya, dulu, ketika masih kanak - kanak, anak-anak menghujani orang tua dengan banyak pertanyaan. Begitu mulai menginjak baligh, sepertinya anak menjaga jarak dengan orang tua. Orang tua bertanya, dijawab singkat dan ketus. Terkadang hari – hari pun terlewat tanpa komunikasi berarti antara anak dan orang tua.
Padahal, di luar sana, anak¬ – anak menyerap banyak pelajaran yang bisa jadi membawa dampak buruk bagi dirinya. Seperti penanaman pola pikir yang salah, pergaulan yang bebas, nilai-nilai kehidupan yang menyesatkan, dll. Tanpa komunikasi, orang tua menjadi tidak tahu apa saja yang sudah tertanam di benak si anak; apa saja yang dipikirkan anak; bagaimana si anak menilai dirinya dan memandang masa depan; apa saja sepak terjang si anak selama jauh dari orang tua; siapa saja teman-teman si anak, dan seterusnya.
Untuk itu, membangun komunikasi efektif antara orang tua dengan anak sangat penting. Caranya, antara lain sebagai berikut:

1. Agresif memulai percakapan.
Tentunya tidak dengan nada interogasi, tapi memancing anak supaya mau berbagi cerita. Ciptakan suasana di mana anak merasa nyaman dan senang berbagi (sharing) dengan orang tua. Tak hanya saat bertemu, saat berpisah - misal ortu kerja dan anak sekolah – tetaplah terhubung dengan hanphone misainya, untuk menyakan kabar si anak. Tentunya tidak pada jam pelajaran dan juga tidak terlalu sering agar anak tidak merasa selalu diawasi orangtua.

2. Jadi pendengar yang baik.
Terkadang anak malas berbagi dengan orang tua, karena kurang didengar. Saat anak bercerita hanya ditanggapi sambil lalu. Misal ibu sambil memasak, ayah sambil baca koran. Hal ini tertanam di benak anak, bahwa orang tua tidak butuh ceritanya. Karena itu, berhentilah sejenak, pandang dan dengarkan anak bicara.

3. Menyesuaikan diri
Selama beberapa tahun, metode pengasuhan Anda terhadap anak ibarat jalan tol mulus. Namun saat anak beranjak dewasa, jalan itu seolah berbelok tajam. Orang tua pun harus 'banting setir' dengan menyesuaikan teknik mendidi anak.

4. Mencari waktu terpat
Jangan lewatkan kesempatan seperti makan bersama, shalat berjamaah, tadarus usai shalat atau pengajian rumah untuk saling berkomunikasi. Di saat - saat itu seluruh anggota keluarga biasakan saling membicaraka, apa yang sudah dialaminya seharian. Jadi, tak hanya tidak hanya anak yang dituntut bercerita, orang tua pun harus berbagi, tentunya dengan bahan obrolan sesuai pemahaman anak.

5. Membuat acara bersama
Sekali-kali keluarga perlu jalan-jalan bersama. Bukankah begitu beranjak dewasa si kecil agak susah diajak ke mana - ¬mana? Nah, acara keluarga ini bisa dijadikan kesempatan untuk makin mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua. Dengan begitu anak merasa nyaman dan mepercayakan segala hal pada orang tuanya tanpa ada jarak.

6. Intip aktivitas anak
Sekali waktu, tanpa sepengetahuan anak, selidiki siapa teman-temannya, buku apa yang ia baca, SMS-SMS di HP-nya, nomor telepon teman - ¬temannya. Tidak untuk Anda diskusikan dengan anak, cukup menjadi rahasia Anda.